Minggu, 19 Juli 2009

HIKMAH DARI ISRA' MI'RAJ
Pada hari ini kita akan memperingati sebuah peristiwa yang bersejarah bagi umat islam, yaitu peristiwa isra' mi'raj. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha di Al-Quds, lalu di lanjutkan dengan menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak bisa dijangkau oleh ilmu semua makhluq, Malaikat, manusia, dan jin. Semua ditempuh dalam waktu sehari semalam. Peristiwa itu juga sebagai mukjizat mengagumkan yang diterima Rasulullah SAW.

Permintaan kaum kafir Quraisy kepada Nabi SAW

Sebenarnya, sebelum peristiwa itu terjadi, orang-orang kafir Quraisy pernah meminta kepada Rasulullah untuk menunjukkan hal-hal yang aneh, karena mereka tidak percaya kalau Muhammad SAW itu adalah nabi. Permintaan-permintaan itu mereka lontarkan untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang Nabi. Hal ini direkam oleh Allah dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca". (QS. Bani Israil : 90 - 93)

Kalau kita jabarkan dari ayat di atas, mereka meminta hal-hal di bawah ini kepada Rasulullah:

1. Mereka meminta untuk memancarkan mata air dari bumi.
2. Mereka juga meminta sebuah kebun kurma dan anggur, dengan air mengalir di bawahnya. Padahal di sekitar situ sebagian besar padang pasir.
3. Mereka meminta untuk menjatuhkan langit.
4. Mereka juga meminta menghadirkan Allah beserta malaikat-malaikatnya untuk dihadapkan kepada mereka. Sungguh suatu permintaan yang lancang.
5. Mereka juga meminta sebuah rumah dari emas.
6. Yang terakhir, mereka meminta Nabi untuk naik ke langit tanpa membawa buku, lalu harus kembali dengan membawa sebuah buku (kitab) untuk mereka baca.

Permintaan mereka itu betul-betul "kebangetan". Tetapi Rasulullah SAW menjawabnya dengan bijaksana, "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" (QS. Bani Israil: 93). Allah Yang Maha Suci tentu Maha Kuasa untuk melakukan semua itu, tetapi Rasulullah mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa yang diangkat menjadi seorang Rasul, sehingga tidak mungkin melakukan semua itu.

Kita bisa ambil pelajaran dari dari hal di atas. Mungkin sampai zaman kapan pun, kebenaran (baca: Islam) akan menghadapi hal-hal seperti itu. Orang yang membawa kebenaran akan selalu menghadapi permintaan-permintaan yang diluar kemampuan. Dan permintaan tersebut kebanyakan hanya sebagai "olok-olok". Karena, kalaupun kita bisa memenuhi permintaan itu, mereka kebanyakan tetap tidak akan mendengar Islam ini. Hanya sedikit yang mau mendengarnya. Sebagaimana halnya Rasulullah setelah mengalami peristiwa Isra' Mi'raj, tidak banyak yang mempercayai perjalanannya tersebut, bahkan ada yang mengatakan Nabi gila walaupun Nabi sudah memberikan bukti-bukti atas apa yang telah dia alami (Isra' Mi'raj).

Peringatan Isra' Mi'raj sebagai motivasi

Kalau kita baca sejarah kehidupan Rasulullah SAW (Sirah Nabawiyah), sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah, yang setia menemani dan menghiburnya dikala orang lain masih mencemoohnya. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang (walaupun kafir) tetapi dia sangat melindungi aktivitas Nabi. Sehingga orang-orang kafir Quraisy semakin leluasa untuk melancarkan penyiksaannya kepada Nabi, sampai-sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas kepala Rasulullah SAW.

Dalam keadaan yang duka cita dan penuh dengan rintangan yang sangat berat itu, menambah perasaan Rasullah semakin berat dalam mengemban risalah Ilahi. Lalu Allah "menghibur" Nabi dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit dan menemui Allah. Hingga kini, peristiwa ini seringkali diperingati oleh sebagian besar kaum muslimin dalam peringatan Isra' Mi'raj. Pada dasarnya peringatan tersebut hanyalah untuk memotivasi dan penyemangat, bukan dalam rangka beribadah (ibadah dalam artian ibadah ritual khusus). Namun peringatan tersebut juga terdapat beberapa catatan. Apa saja itu? Mari kita ikuti beberapa hal di bawah ini.

Dalam Al Qur'an, dari sekian ribu ayat di dalamnya, hanya ada 4 ayat yang menjelaskan tentang Isra' Mi'raj, yaitu QS. Bani Israil ayat 1, dan QS. An Najm ayat 13 sampai 15. Maksudnya, kebesaran Islam itu bukan terletak pada peristiwa Isra' Mi'raj ini, tapi pada konsepnya, sistemnya, muatannya, dan sebagainya. Pada surat An Najm ayat 13-15 itu, menggambarkan bahwa Rasulullah menemui Jibril dalam bentuk aslinya di Sidratil Muntaha ketika Isra Mi'raj. Sebelumnya Rasulullah juga pernah menjumpai malaikat jibril dalam bentuk asli ketika menerima ayat pertama (QS. Al Alaq: 1-5) dari Allah SWT, yaitu ketika di gua Hira.

Dan di antara 25 nabi, hanya 2 Nabi yang yang pernah berbicara langsung kepada Allah, yaitu Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana dengan Nabi Adam, bukankah beliau juga pernah berdialog dengan Allah? Ya, tapi Nabi Adam ketika itu masih di Surga. Setelah diturunkan ke bumi, tidak lagi berdialog secara langsung. Nabi Musa berdialog dengan Allah secara langsung yaitu ketika di bukit Tursina (di bumi), sedangkan Nabi Muhammad di Sidratil Muntaha (di langit). Tetapi (sekali lagi), kebesaran Islam bukan di situ letaknya, namun di konsepnya, di muatannya. Oleh karena itulah, peristiwa Isra' Mi'raj sendiri tidak perlu secara berlebihan diangkat-angkat. Peristiwa itu sendiri merupakan mukjizat imani, maksudnya adalah mukjizat yang hanya bisa diterima apabila kita beriman.

Meskipun hanya Nabi Muhammad yang telah diperjalankan pada malam harinya (Isra' Mi'raj), tapi dia tetaplah manusia biasa, hamba Allah. Hal ini perlu ditegaskan, karena dua umat sebelum Islam (Yahudi dan Kristen), telah terjebak men-Tuhankan nabinya.

Mengapa Masjidil Aqsa?

Ada beberapa pertanyaan mengenai peristiwa Isra' Mi'raj. Salah satunya, mengapa dalam peristiwa itu Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa? Kenapa tidak langsung saja ke langit? Paling tidak ada beberapa hal hikmahnya, antara lain:

1.

Bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berda'wah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berda'wah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan "golongan" Ibrahim dan merupakan sempalan. Bagi kita sebagai muslim, tidaklah melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.
2.

Hikmah berikutnya adalah, Allah dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai "pembangkit" ruhul jihad kaum muslimin. Kadangkala, kalau tiada lawan itu semangat jihad kaum muslimin "melemah" karena terlena, dan dengan adanya sengketa tersebut, semangat jihad kaum muslimin terus terjaga dan terbina.
3.

Berikutnya, Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi SAW. Pada Al Qur'an surat An Najm ayat 12, terdapat kata "Yaro" dalam bahasa Arab yang artinya "menyaksikan langsung". Berbeda dengan kata "Syahida", yang berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu da'wah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka cita. Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan Nabi-nabi sebelumnya, agar Muhammad SAW juga bisa melihat bahwa Nabi yang sebelumnya pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi SAW bertambah motivasi dan semangatnya. Hal ini juga merupakan pelajaran bagi kita yang mengaku sebagai da'i, bahwa dalam kesulitan da'wah itu bukan berarti Allah tidak mendengar.

Perintah Shalat

Pada Isra' Mi'raj, Allah memberikan perintah sholat wajib. Dan sholat Subuh adalah sholat yang pertama kali diperintahkan. Karena peristiwa Isra' Mi'raj sendiri terjadi pada saat malam hari. Subuhnya Rasulullah sudah tiba kembali di tempat semula. Mungkin ini juga hikmah bagi kita semua, karena sholat Subuh adalah sholat yang sulit untuk di laksanakan, di mana pada saat itu banyak manusia yang masih terlelap dalam tidurnya. Sebelum diperintahkannya sholat wajib 5 waktu ini, Rasulullah melaksanakan sholat sebagaimana Nabi Ibrahim.

Kita tidak hanya diperintahkan untuk mengerjakan sholat, tetapi juga menegakkan sholat. Sholat bukan segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari sholat, demikian kata seorang ustadz.

Demikianlah beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra' Mi'raj. Semoga semakin menambah keimanan kita kepada Allah, kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, para malaikat-Nya, Hari Akhir, serta Qadha dan Qadar-Nya.

Selasa, 14 Juli 2009

SUMBER PENCERAHAN

SUMBER PENCERAHAN
FATIMAH:
Andaikan Ia Bukan Wanita
Oleh: Muhammad Al-Caff

Mekah, seperti biasa, tampak sibuk. Orang-orang keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Jutaan harapan dan angan-angan menggelinding di atas penghuni Ummul Qura. Ada di antara mereka yang sibuk menghitung-hitung keuntungan perdagangannya; ada yang sibuk mengurusi pohon kurma; ada yang asyik dalam menggembala domba-domba lucu dan menggemaskan; ada yang memikirkan hari tua mereka sambil menggelus-elus jenggot dan cambang mereka; ada yang terlena dalam keindahan syair dan pantun; ada yang hanyut dalam derasnya fanatisme kesukuan yang memang tidak mudah hilang dari kehidupan mereka meskipun pasca terbitnya fajar Islam; ada penguburan anak perempuan hidup-hidup, baik secara rahasia atau terang-terangan yang diwarnai dengan aroma kental Jahiliyah...
Di tengah-tengah hiruk-pikuk kota kelahiran Ismail itu, ada seseorang yang sedang menanti kedatangan anaknya. Orang tersebut tidak banyak mempunyai harapan dan keinginan. Hanya satu keinginannya: melihat anaknya lahir ke dunia dengan sehat dan selamat. Inilah harapan satu-satunya.
Mengapa hanya ini yang menjadi harapannya? Tidakkah ia mempunyai harapan lainnya? Iya, hanya itu harapannya. Harapan-harapan lainnya bermuara pada harapan ini. Dengan kata lain, harapan ini adalah Harapan besarnya, sedangkan harapan lainnya adalah harapan kecilnya. Harapan inilah yang ketika terwujud akan menjadi mutiara kehidupannya. Harapan inilah yang ketika ia berwujud maka wujudnya menjadi sarana untuk datangnya para malaikat yang membawa jamuan dari surga. Harapan inilah yang menjadi padanan terserasi bagi pemuda gagah berani yang mengorbankan jiwanya di malam yang mencekam demi menyelamatkan hidup sang kekasih. Harapan inilah yang menjadi perantara lahirnya dua mahkota pemuda surga. Harapan inilah yang dengan lancar berdialog di alam rahim dengan ibundanya sehingga melekatlah gelar Al-Muhaddatsah padanya. Harapan inilah yang rumahnya menjadi tempat lalu-lalang para malaikat, khususnya malaikat termulia Jibril as. Harapan inilah yang menjadi ibu bagi ayahnya. Harapan inilah adalah anugerah terbesar Allah SWT bagi utusan tercinta dan termulia-Nya. Harapan ini adalah Al-Kautsar yang dengannya keturunan orang-orang mulia dan suci terjaga dan tak terputus alias abtar. Harapan tidak lagi menjadi harapan, tapi fakta, ketika pada tanggal 20 Jumadil Akhir ia menerangi kota Mekah dengan kelahirannya yang suci.
Demikianlah Fatimah az-Zahra as. Ia adalah wanita termulia sejagad bagi yang mengenalnya dengan baik dan benar. Semua keutamaan yang dimiliki oleh pria terpatri di dalam diri wanita ini. Semua model kesempurnaan manusiawi dan malakuti terdapat dalam diri istri wali Allah ini. Fatimah adalah nama yang mencerminkan keindahan dan kebesaran. Betapa tidak, dengan usia yang begitu singkat selama ia berlabuh di dunia, ia mencetak record yang menakjubkan. Fatimah menggarungi lautan derita dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Ia menikmati penderitaan di usianya yang masih kanak-kanak saat ayahnya dan keluarganya dikepung dan diboikot oleh kaum musyrik dan kafir.
Fatimah tidak sempat merasakan indahnya bermain boneka dan aneka permaian anak kecil lainnya karena ia harus menghadapi tekanan-tekanan hidup yang superberat sebagai konsekuensi logis dari “profesi” ayahnya yang menjajakan "hidangan langit" di tengah-tengah kedunguan dan kebutaan kaum Jahiliah. Bahkan, tidak jarang Fatimah harus menangis tersedu-sedu ketika melihat "siarang langsung" penghinaan dan perlakuan buruk para alumni Universitas Berhalaisme terhadap ayah tercintanya. Dan prestasi besar lainnya yang dicetak oleh Fatimah yang langsung dimasukkan dalam Buku Besar Pencataan Record Amal Manusia (baca: Al Qur'an) adalah keikhlasannya dalam menyedekahkan semua makanannya saat ia berpuasa nazar selama 3 hari yang karenanya Allah SWT menghujaninya dengan bertubi-tubi pujian (untuk lebih jelasnya, silakan Anda membaca Asbab Nuzul surat al Insan).
Adalah salah maha besar kalau ada yang mengira bahwa pujian Allah dan Rasul-Nya terhadap ibu Hasan dan Husein ini semata-mata karena "basa-basi". Allah SWT dan Nabi-Nya tidak pernah mengenal kata basa-basi terhadap siapapun. Sehingga karena itu, misalnya, ketika Rasul saw bersabda: "Allah ridha dengan keridhaan Fatimah dan marah karena kemarahannya," maka sabda beliau ini tidak mempunyai unsur basa-basi atau nepotisme. Beliau berbicara sejujur-jujurnya bahwa demikianlah kedudukan sesungguhnya anaknya di sisi Allah, tidak kurang dan tidak lebih. Orang yang menganggap Rasulullah saw berbasa-basi dalam sikap dan tutur katanya adalah orang yang seratus persen tidak mengenal kedudukan beliau saw. Bukankah Al Quran mengatakan: "Ia (Muhammad) tidak pernah berbicara atas kemauan hawa nafsunya. Apa saja yang diucapkannya berdasarkan wahyu (dari Tuhannya)." (QS. An Najm:3-4)
Adalah benar bahwa Nabi saw sebagai ayah memiliki hubungan yang begitu erat dengan Fatimah, anak semata wayang yang bertahan hidup dengan beliau. Adalah benar bahwa Fatimah adalah harapan besar ayahnya. Namun perlu dicatat bahwa seorang Nabi adalah ayah yang terbaik buat anaknya sebagaimana ia penasihat yang terbaik bagi umatnya. Ia tidak mungkin melakukan kesalahan mendasar dalam mendidik anaknya. Seorang nabi, misalnya, tidak mungkin memanjakan anaknya secara tidak rasional yang mungkin bisa dilakukan oleh ayah yang lain (selain Nabi). Alhasil, pendidikan Nabi adalah pendidikan yang terbaik dan termulia, sehingga seorang Nabi tidak mungkin pernah salah dalam mendidik umatnya, apalagi anaknya sendiri. Jadi, kata salah asuh harus kita buang jauh-jauh dari kamus kehidupan seorang Nabi. Berdasarkan hal ini, semua pujian atau mungkin kecaman Nabi terhadap anaknya sendiri pun pasti benar dan tidak basi basi.
Dan salah satu keutamaan besar Fatimah lainnya yang patut dibanggakan oleh ayahnya adalah meneruskan reuni malaikat Jibril dengan ayahnya. Yakni, sepeninggal ayahnya, Jibril tidak langsung “pensiun” dari tugasnya alis tidak turun ke rumah Fatimah lagi, namun selama 75 hari Jibril bertamu ke rumahnya dan menyampaikan berita samawi teraktual yang datang dari Sang Maha Tahu akan segala berita (al Khabir). Ali, suami tercinta dan tersetianya, dengan telaten dan gembira mencatat setiap ilmu dan kabar yang disampaikan oleh Jibril itu. Berkaitan dengan keutamaan ini, Imam Khomaini ra meyakini bahwa inilah keutamaan terbesar putri asuhan wahyu ini dibandingkan rentetan kebesaran dan keagungan lainnya.
Akhirnya, Jika kaum Adam berbangga dengan Ali sebagai model pemuda dambaan mereka, maka kaum hawa pun berbangga dengan Fatimah sebagai model pemudi pusat sanjungan mereka. Dan tidak ada satu titik lemah sekecil pun yang akan kita temukan pada diri Fatimah. Cukuplah bagi kita pernyataan Ali Syariati: Fatimah is Fatimah—sebagai pengakuan akan kedangkalan dan kepandiran serta keterbatasan lisan dan pena untuk mengungkap hakikat bidadari manusia ini. Dan hanya satu “kekurangan” yang menutupi nama besar Fatimah, yaitu “sayang dia wanita.” Lalu kalau dia pria kenapa? Ini pertanyaan pamungkas yang maha menarik. Dan izinkan bukan saya yang menjawabnya, tapi orang yang hari lahirnya sama dengan hari kelahiran putri Nabi saw ini, dialah Imam Khomeini ra. Beliau memberitahu kita: “Andaikan Fatimah seorang pria niscaya ia akan menjadi Nabi.”

Minggu, 05 Juli 2009

Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab yang Menimba Ilmu di Amerika


Subhanallah …

Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain
belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.”

Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim?” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.” Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silahkan!”

Sang pendeta pun mulai bertanya,

1 Sebutkan satu yang tiada duanya,

2 dua yang tiada tiganya,

3 tiga yang tiada empatnya,

4 empat yang tiada limanya,

5 lima yang tiada enamnya,

6 enam yang tiada tujuhnya,

7 tujuh yang tiada delapannya,

8 delapan yang tiada sembilannya,

9 sembilan yang tiada sepuluhnya,

10 sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,

11 sebelas yang tiada dua belasnya,

12 dua belas yang tiada tiga belasnya,

13 tiga belas yang tiada empat belasnya.

14 Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!

15 Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?

16 Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?

17 Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?

18 Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!

19 Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?

20 Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?

21 Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!

22 Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun,setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu ter-senyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,

* Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
* Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang.
Allah SWT berfirman,
“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tan-da (kebesaran kami).”
(Al-Isra’: 12).

* Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

* Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.

* Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.

* Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.

* Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk: 3).

* Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung ‘Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).

* Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *

* Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).

* Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf .

* Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).

* Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

* Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir: 18).

* Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

* Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,” tak ada cercaaan ter-hadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

* Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).

* Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.

* Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’: 69).

* Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

* Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 28).

* Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu
pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta. Pemuda ini berkata, “Apakah kunci surga itu?”
Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!”

Pendeta tersebut berkata, “Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.” Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.”

Sang pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah.”

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang
bertakwa.